Rabu, 25 September 2013
Minggu, 05 Mei 2013
06.51
No comments
A.
Penelitihan
Mengenai manusia purba pada masa
Paleolithikum.
Fosil-fosil
manusia purba di Indonesia mungkin sudah ditemui di masa dahulu, bersama
fosil-fosil hewan. Tetapi penelitian ilmiah tentang fosil manusia barulah
dimulai pada akhir abad yang lalu. Jika penemuan-penemuan mencerminkan kegiatan
penelitian. Maka penelitihan paleoanthropologis di indonesia dapat dibagi dalam
3 tahapan, yaitu:
1.
1889-1909
2.
1931-1941
3.
1952-sekarang.
Pada tahapan I, Dr. Eugene Dubois, seorang peneliti
Paleoanthropologi ia menduga bahwa manusia purba itu hidupnya pastilah di
daerah tropis. Penemuan dobois yang pertama di umumkannya, yaitu atap tengkorak
Pithecanthropus Erectus dari trinil (kabupaten Ngawi) sangat penting dalam
sejarah paleoanthropologi dan menggocangkan dunia ilmu hayat pada waktu itu.
Temuan-temuannya berupa fosil-fosil hewan menyusu dan hewan bertulang belakang
lain juga cukup banyak dan memberi dasar-dasar bagi pengetahuan kita tentang
lingkungan hidup Pithecanthropus, di Jawa. Dan temuan-temuan pada tahapan I
sekarang tersebut disimpan di Leiden, Belanda.
Tahapan kedua, memberi hasil terbanyak dalam waktu yang relatif
singkat. Penemuan-penemuan tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus
Soloensis di Ngandong kabupaten Blora, akibat kegiatan Ter Haar,Oppenoorth dan
Von Koenigswarl antara tahun 1931-1933, penemuan ini penting karena menghasilkan
satu seri tengkorak yangbesar jumlahnya dalam tempo yang singkat di satu
tempat. Ciri-ciri yang primitif pada
tengkorak manusia plestosin akhirnya itu
menambah pentingnya penemuan tersebut. Pada tahun-tahun itu temuan-temuan fosil
berbagai species manusia ada terdapat disini, sedangkan ditempat-tempat lain
tidak ada demikian. Tahun 1936 tjokrohandojo yang bekerja di bawah pimpinan
Duyfjes menemukan sebuah fosil tengkorak anak-anak di utara mojokerto. Ini juga
suatu penemuan penting, oleh karena itu pertama kali di sini dijumpai fosil
Pithecanthropus di lapisan plestosin bawah.
Penyidik selanjutnya berlangsung terutama di daerah sangiran,
surakarta. Antara tahun 1936-1941, Von Koenigswald menemukan di sana
fosil-fosil rahang, gigi dan tengkorak. Pentingnya temuan-temuan di Sangiran itu
ialah karena ditemukannya baik lapisan plestosin bawah maupun tengah di satu
tempat dan di temukannya beberapa spesies ataupun genus di satu tempat yang
diantaranya ada yang berasal dari satu masa.
Selain pithecanthropus erectus di Sangiran terdapat juga spesies
lain dari genus tersebut. Yang menarik ialah ditemukannya rahang dan gigi-gigi
yang besar yang digolongkan ke dalam meganthropus paleojavanecus. Temuan-temuan
ini sekarang tersimpan di Frankfurt, Jerman Barat.
Tahapan ke III di mulai sejak tahun 1952 (setelah merdeka),
sehingga temuan-temuan dalam tahapan ini tersimpan di negeri penemuannya.
Sebagian penemuan terjadi di sangiran. Pentignya tahapan ini ialah ditemukannya
bagian-bagian tubuh pithecanthropus yang belum di temukan sebelumnya, seperti
tulang-tulang muka dan dasar tengkorak serta ditemukannya tengkorak P.
Soloensis di lapisan plestosin tengah. Juga dalam tahapan ini ditemukan situs
manusia purba bari di sambungmacan, kabupaten Sragen, dekat sungai solo.
B.
Jenis
manusia purba di masa Paleolithikum
1.
Meganthropus
(manusia raksasa)
Berdasarkan
hasil rekontruksi dan analisa para ahli, meganthropus diperkirakan hidup dengan
cara mengumpulkan makanan (food gathering), dan makanan mereka yang utama adalah
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Mereka belum mengenal api, sehingga mereka
juga belum mengenal memasak makanan, oleh karena itu makanan mereka masih
dikunyah dan dimakan secara mentahan.
Jenis manusia Meganthropus yaitu Meganthropus Paleojavanicus, Manusia tertua berbadan besar yang berasal dari Jawa. Ditemukan oleh
seorang berkebangsaan Belanda bernama Von koenigswald di Daerah Sangiran, Jawa
tengah antara 1936-1941 pada lapisan bawah (Plestosen bawah ) dan diperkirakan
hidup 1-2 juta tahun yang lalu.
ciri-cirinya :
·
Memiliki tulang pipi
yang tebal
·
Memiliki otot kunyah
yang kuat
·
Memiliki tonjolan
kening yang mencolok
·
Memiliki tonjolan
belakang yang tajam
·
Tidak memiliki dagu
·
Memiliki perawakan yang
tegap
·
Memakan jenis
tumbuhan
Penemuan tengkorak Meganthropus Paleojavanicus
rahang
yang berukuran besar pada manusia purba Meganthropus Paleojavanicus
2. Pithecanthropus
Pitthecantropus merupakan jenis fosil manusia purba yang paling banyak
diutamakan di Indonesia. Fosil-fosilnya banyak ditemukan pada lapisan plestosin
bawah dan tengah. Pithecanthropus hidup secara berkelompok dan untuk
mendapatkan makanan, mereka mencarinya dengan cara berburu dan menangkap ikan
serta mengumpulkan makanan (hutting and food gathering). Untuk mendapatkan
makanan tersebut mereka masih menggunakan alat-alat dari batu dan kayu yang
dipangkutkan.
Menurut Eugene Dobois, secara biologis Pithecanthropus memiliki volume otak
sekitar 900cc yang berarti lebih kecil dari otak manusia yang biasanya yang
biasanya di atas 1000cc, Serta lebih besar dari volume otak kera yang maksimal
hanya 600cc. Dengan demikian, volume otak makluk tersebut berada diantara volume
otak manusia dan kera, oleh karena itupula maka fosil tersebut dinamakan
pithecanthropus yang berrati manusia kera.
Beberapa fosil pithecanthropus yang ditemukan pada lapisan plestosin bawah
antara lain :
a. Pithecanthropus Mojokertensis
Pada tahun pertama penelitihan yang dilakukan oleh Von koenigswald di
perning (dekat kota Mojokerto). Fosil temuannya itu berupa fosil tengkorak
anak-anak, seusai kira-kira lima sampai enam tahunan. Dan diperkirakan berasal
dari keturunan Pithecanthropus. Maka fosilnya di namakan Pithecanthropus
Mojokertensis. Yang berarti manusia kera dari Mojokerto. Berdasarkan hasil
rekonstruksi, ciri-ciri utaa lain fosil Pithecanthropus Mojokertensis adalah
berbadan tegap, mukanya menonjol kedepan, kening tebal, serta tulang pipi yang
kuat.
Fosil Pithecanthropus Mojokertensis
b. Pithecanthropus Robustus
Dalam tahun-tahun berikunya, Von Koenigswald ternyata masih menemukan lagi
beberapa jenis fosil manusia purba, antara lain penemuannya di desa Trinil
dekat Ngawi Jawa Tengah, pada tahun 1939. Dalam penyelidikan yang keduanya, Von
Koenigswald meneliti dengan Weidenreich. Mereka menemukan fosil manusia purba
sejenis Pithecanthropus, namun ukurannya jauh lebih besar dan kuat, oleh karena
itu dinamakan Pithecanthropus Robustus.
Ciri-ciri :
- Tinggi badan sekitar 165 180 cm
- Volume otak berkisar antara 750 1000 cc
- Bentuk tubuh & anggota badan tegap
- Alat pengunyah dan alat tengkuk kuat
- Geraham besar dengan rahang yang kuat
- Bentuk tonjolan kening tebal
- Bagian belakang kepala tampak menonjol.
- Tinggi badan sekitar 165 180 cm
- Volume otak berkisar antara 750 1000 cc
- Bentuk tubuh & anggota badan tegap
- Alat pengunyah dan alat tengkuk kuat
- Geraham besar dengan rahang yang kuat
- Bentuk tonjolan kening tebal
- Bagian belakang kepala tampak menonjol.
Fosil Pithecanthropus
Robustus
c.
Pithecanthropus
Erectus
Penelitihan pertama yang mengadakan penelitihan tentang manusia
purba di Indonesia adalah seorang dokter militer bangsa Belaanda, bernama
Eugene Dubois. Fosil-fosil manusia purba antara lain di temukan di desa Trinil,
kabupaten Ngawi, jawa Timur dan berarsal dari plestosen tengah. Berdasarkan
penyelidikan serta rekontruksi yang di adakannya, Dubois berkesimpulan bahwa
makluk tersebut berada di antara manusia dan kera, sedangkan berjalannya sudah
tegak (erectus). Oleh karena itu, makluk tersebut dinamakan Pithecanthropus
Erectus, atau manusia kera yang sudah dapat berjalan tegak. Volume otak
Pithecanthropus erectus diperkirakan sekitar 770 - 1000 cm kubik. Bagian
tulang-belulang fosil manusia purba yang ditemukan tersebut adalah tulang
rahang, beberapa gigi, serta sebagian tulang tengkorak.
Fosil
Pithecanthropus Erectus
3. Manusia Purba Jenis Homo
Manusia purba jenis homo ini sudah lebih maju dan sempurna jika
dibandingkan dengan Meganthropus maupun Pithecanthropus. Secara fisik ciri-ciri
homo sudah mirip dengan manusia modern sekarang ini, misalnya saja, bentuk
kepalanya sudah tidak lonjong. Sementara secara kualitatif, tingkat kecerdasan
mereka sudah lebih tinggi. Mereka juga sudah menggunakan alat-alat dari batu
maupun tulang.
Beberapa jenis homo :
a. Homo Soloensis
Fosil ini ditemukan di Ngandong, Blora di Sangiran dan Sambung
Macan, Sragen oleh Ter Haar, Oppenoorth dan Von Koenigswald pada tahun
1931-1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup
sekitar 900.000-300.000 tahun yang lalu.
Fosil Homo Soloensis
b. Homo Wajakensis
Fosil manusia purba dari genus homo yang berasal dari kala
Pleistosen di Indonesia ditemukan di Wajak. Fosil yang ditemukan di Wajak
adalah Homo Sapiens, dekat daerah Campurdarat, Tulungagung. Fosil ini ditemukan
oleh Van Rietschoten pada tahun 1889 dan diselidiki pertama kali oleh Dubois.
Fosil yang ditemukan terdiri atas tengkorak, rahang bawah, dan beberapa
ruasleher.
Ciri-ciri Homo Wajakensis sebagai berikut :
-
Muka
datar dan lebar,
-
Hidung
lebar dan bagian mulutnya menonjol,
-
Dahinya
agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata,
-
Tenggorokannya
sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari
muka ke belakang,
-
Mukanya
lebih Mongoloid karena sangat datar dan pipinya menonjol ke samping.
Fosil Homo
Wajakensis
Minggu, 28 April 2013
Tokoh-tokoh Hermeneutika
22.24
No comments
F.D.E. Schleiermacher (1768 – 1834)
Schleiermacher membedakan hermeneutik dalam pengertian ilmu atau seni memahami
dengan hermeneutik yang didefinisikan sebagai studi tentang memahami. Ia
menulis:Semenjak seni berbicara dan seni memahami berhubungan satu sama lain,
maka berbicara merupakan sisi luar dari berpikir, hermeneutik adalah bagian
dari seni berpikir itu dan oleh karenanya bersifat filosofis (Schleiermacher,
1917:97) Menurut Schleiermacher berbicara itu berkembang seiring dengan buah
pikiran. Menurutnya ada jurang pemisah antara berbicara atau berpikir yang
sifatnya internal dengan ucapan yang aktual. Pemahaman hanya terdapat di dalam
kedua momen yang saling bertautan satu sama lain yaitu apa yang dikatakan
konteks bahasa dan apa yang dipikirkan oleh pembicaranya.Schleiermacher dalam
uraiannya banyak dipengaruhi oleh Freidrich Ast dan Freidrich August Wolf.
Menurut Ast tugas hermeneutik adalah membawa keluar makna internal dari suatu
teks beserta siatinya menurut jamannya.Ia membagi tugas itu dalam tiga bagian,
sejarah, tata bahasa dan aspek kerohaniannya (geistige). Korespondensi ketiga
bagian tersebut merupakan tiga taraf penjelasan yaitu:
•Hermeneutik atas huruf (Hermeneutik des Buchstabens) atau bahan baku teks
•Hermeneutik atas makna (hermeneutik des Sinnes) atau bentuk teks
•Hermeneutik atas aspek kejiwaan (Hermeneutik des Geistes) atau jiwa teks
F.A. Wolf mendefiniskan hermeneutik sebagai seni menemukan makna sebuah teks.
Menurutnya ada tiga jenis hermeneutik atau interpetrasi yaitu Interpretasi
gramatikal, Interpretasi historis, dan Interpretasi Retorik.
Perbedaan antara Ast dan Wolf adalah, Wolf membahas tata bahasa, hermeneutik
dan kritik sebagai studi persiapan filologi sementara Ast menganggap ketiga
disiplin ilmu tersebut hanya lampiran (appendiks) bagi filologi. Menurut
Shleiermacher sendiri ada dua tugas hermeneutik yang identik satu sama lain,
yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis.
Kompetensi linguistik dan kemampuan mengetahui sesorang sangat menentukan
keberhasilan sebuah interpretasi.Karena dua hal tersebut sangat sulit
mengingat, Schleiermacher mempunyai sebuah rumusan positif dalam bidang seni
interpretasi yaitu rekonstruksi hitoris, obyektif dan subyektif terhadap sebuah
pernyataan.
Wilhelm Dilthey (1833 – 1911)
Dilthey adalah seorang filsuf Jerman. Ia terkenal dengan riset historisnya
dalam bidang hermeneutik. Ia berambisi menyusun dasar epistemologis baru bagi
pertimbangan sejarah tentang pemahaman yang memandang dunia sebagai wajah
interior dan eksterior.
Ia sangat tertarik pada karya-karya Schleiermacher dan kehidupan
intelektualnya, terutama pada kemampuan intelektualnya dalam menggabungkan
teologi dan kesusastraan dengan karya-karya kefilsafatan, serta kagum pada
karya terjemahaan dan interpretasinya atas dialog Plato.
Dithey seakan-akan ‘mematri’ sejarah dan filsafat menjadi satu maksud untuk
mengembangkan suatu pandangan filosofis yang komprehensif dan tidak terjaring
oleh dogma metafisika dan tidak ‘diredupkan’ oleh prasangka. (Dilthey, 1962:
Pattern and meaning in history)
Ia berambisi untuk menyusun sebuah dasar epitemologis baru bagi pertimbangan
sejarah, gagasan tentang komprehensi atau pemahaman yang memandang dunia dalam
dua wajah, interior (wajah dalam) dan eksterior (wajah luar). Mirip dengan
dualisme Descrates tentang badan dan jiwa, yaitu spiritualisme sebagai bagian
interior dan realisme sebagai bagian eksterior.
Secara eksterior, suatu peristiwa mempunyai tanggal dan tempat khusus atau
tertentu; secara interior, peristiwa itu dilihat atas dasar kesadaran atau
keadaan sadar. Kedua dimensi ini tidak bernilai sama, bahkan dapat dikatakan
dalam keadaan saling tergantung.
Kesulitan yang dihadapi Dilthey adalah bagaimana menempatkan penyelidikan
sejarah sejajar dengan penelitian ilmiah.
Hans-Georg Gadamer
Hans-Georg Gadamer lahir di Marburg tahun 1900.ia belajar filsafat di
universitas di kotanya a.l pada Nikolai Hartman, Martin Heidegger dan Rudolf
Bultmann (teolog protestan). Karier filsafat Gadamer mencapai puncak pada 1960,
saat ia menjelang pensiun, melalui bukunya ‘Kebenaran dan Metode’ (Wahrheit und
Methode) – sebuah dukungan berarti bagi karya Heidegger ‘Sein und Zeit’ (Being
and Time).
Memahami karya-karya Gadamer bukanlah hal yang mudah, sumber kompleksitas ini
antara lain karena, pertama, filsafat hermeneutik Gadamer menurut faktanya juga
didasarkan pada pemikiran hermeneutik.Argumennya sangat mengandalkan analisis
kritisnya tetnang bahasa, kesadaran historis serta pengalaman estetika.Dalam
Philosophische Lehrjahre analisis Gadamer tentang kebenaran menunjukkan adanya
perpaduan cakrawala gagasan antara Kant, Dilthey, Aquinas dan dirinya.Kedua,
dalam Truth and Method menampilkan kesatuan gagasan tanpa garis batas dan
ketertutupan tanpa penjabaran.
Gadamer dalam bukunya ‘Kebenaran dan Metode’ lebih menekankan pada pemahaman
yang mengarah pada tingkat ontologis, bukan metodologis.Ia ingin mencapai
kebenaran bukan melalui metode melainkan melalui dialektika. Dalam buku ini, ia
mengungkapkan konsep yang menarik tentang ‘permainan’. Subjek permainan yang
sebenarnya bukanlah para pemainnya, namun permainan itu sendiri (Gadamer,
1986:92).
Gadamer menolak konsep hermeneutik sebagai metode karena ia beranggapan bahwa
metode tidak dapat menjamin kebenaran. Menurut Gadamer, logika sendiri sudah
tidak berdaya dan tidak mampu menjadi sarana untuk mencapai kebenaran filosofis.
Gadamer juga menaruh perhatian pada bidang seni dengan alasan dalam seni kita
mengalami suatu kebenaran, namun bukan kebenaran yang melalui penalaran
melainkan kebenaran yang menurut faktanya ‘menentang semua jenis
penalaran’.Gadamer mengutip pendapat Kant bahwa ‘seni murni adalah seni para
genius’ dan kebenarannya tidak dapat dicapai dengan metode ilmiah.
Gadamer membahas empat konsep tentang manusia yang memperkaya hermeneutik,
yaitu:
Bildung (kultur/kebudayaan, formatio-Latin) – konsep yang meliputi seni,
sejarah, Weltanschauung, pengalaman, ketajaman pikiran, dunia eksternal dll,
yang semuanya kita mengerti sebagai istilah-istilah dalam sejarah. Sebuah
kumpulan kenangan, pembentukan jalan pikiran;
Sensus Communis – pertimbangan praktis yang baik (le bon sens-Perancis), ini
diperlukan dengan maksud untuk memahami arus yang mendasari pola sikap manusia;
Pertimbangan – sifatnya universal, namun bukan berarti berlaku umum, yaitu
kemampuan untuk memahami hal-hal khusus sebagai contoh yang universal, dan kemampuan
ini akan melibatkan perasaan, konsep, prinsip, dan hukum-hukum yang dapat
diolah manusia;
Taste atau selera – sama dengan rasa, yaitu dalam pengoperasiannya tidak
memakau pengetahuan akali. Fenomena selera adalah kemampuan intelektual untuk
membuat diferensiasi atau perbedaan, tetapi kemampuan ini tidak dapat
didemonstrasikan.
Gadamer berpendapat bahwa hermenutik adalah seni bukan proses mekanis.
Pemahaman dan hermenutik hanya dapat diberlakukan sebagai suatu karya seni.Ia
mengatakan bahwa interpretasi adalah penciptaan kembali. Penafsir selalu
memahami realitas dan manusia dengan titik tolak sekarang atau kontemporer.
Refleksi hermeneutik menjadi penting bila kita berhubungan dengan manusia yang
pengalamannya tidak selalu dapat digolong-golongkan maupun dipelajari secara
artifisial.
Jurgen Habermas
Selain tekun dalam filsafat, Habermas yang lahir di Gummersbach 1929, juga
menekuni bidang politik dan banyak berpartisipasi dalam diskusi tentang
‘persenjataan kembali’ (reamament) di Jerman.
Meski gagasan Habermas tidak berpusat pada hermeneutik namun gagasan-gagasannya
banyak mendukung pustaka hermeneutik.Gagasan hermeneutiknya dapat ditemukan
dalam tulisannya ‘Knowledge and Human Interest’.
Menurut Habermas, penjelasan ‘menuntut penerapan proporsi-proporsi teoritis
terhadap fakta yang terbentuk secara bebas melalui pengamatan sistematis’
(Habermas, 1972:144). Sedangkan pemahaman adalah ‘suatu kegiatan dimana
pengalaman dan pengertian teoritis berpadu menjadi satu’.
Habermas mengikuti tiga bentuk penyimpulan yang dikemukakan oleh C.S. Peirce
yaitu deduksi, induksi dan abduksi (proses pembentukan hipotesis yang bersifat
eksplanatoris).
Habermas menyatakan bahwa selalu ada makna yang bersifat lebih, yang tidaka
dapat dijangkau interpretasi, yaitu yang terdapat di dalam hal-hal yang
bersifat ‘tidak teranalisiskan’. ‘tidak dapat dijabarkan’, bahkan diluar
pikiran kita. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa sebuah penjelasan menuntut
penerapan proposisi-proposisi teoritis terhadap fakta yang terbentuk secara
bebas melalui pengamatan sistematis. Penjelasan haruslah berupa penerapan
secara objektif sesuatu hukum atau teori terhadap fakta, dan pemahaman menjadi
subjektifnya.
Pemahaman hermenutik lebih diarahkan pada konteks tradisional tentang makna.
Habermas membicarakan tentang ‘pemahaman monologis tentang makna’, yaitu
pemahaman yang tidak melibatkan hubungan-hubungan faktual tetapi mencakup
bahasa-bahasa ‘murni’, seperti misalnya bahasa simbol.
Pemahaman herneutik melibatkan tiga kelas ekspresi kehidupan yaitu lingusitik,
tindakan dan pengalaman.
Dalam hermeneutik, penafsir mengalami dilema antara tetap objektif dan bersifat
subjektif atau antara tetap subjektif dan harus menjadi objektif.Dilema ini
merupakan pertanyaan ‘eksklusif linguistik atau analisis empiris’.
Paul Ricoeur
Ricoeur yang berlatar belakang pandangan Katholik, memiliki prespektif
kefilsafatan yang beralih dari analisis eksistensial ke analisis eidetik
(pengamatan yang sedemikian mendetil), fenomenologis, historis, hermeneutik
hingga pada akhirnya semantik.
Ia mengatakan bahwa pada dasarnya keseluruhan filsafat itu adalaha interpretasi
terhadap interpretasi, seperti yang dikutip dari Nietzsche, ia menyatakan bahwa
hidup itu sendiri adalah interpretasi (Ricoeur, 1974:12)
Bilamana ada pluralitas makna, maka dibutuhkan sebuah interpretasi, demikian
pula jika simbol-simbol mulai dilibatkan. Setiap interpreatsi adalah usaha
untuk membongkar makna-makna yang masih terselubung.
Menurut Riceour, setiap kata merupakan sebuah simbol yang penuh dengan makna
dan intensi yang tersembunyi. Jadi tidaklah heran jika menurut Riceour tujuan hermeneutik
adalah menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara
membuka selubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi di dalam
simbol-simbol tersebut (Montifiore, 1983:192)
Salah satu sasaran yang hendak dituju oleh berbagai macam hermeneutik adalah
‘perjuangan melawan distansi kultural’, yaitu penafsir harus mengambil jarak
supaya ia dapat membuat interpretasi dengan baik.
Jika pembahasan interpretasi hanya terbatas pada simbol-simbol maka ini menjadi
terlalu sempit, Riceour kemudian memperluas definisi tersebut dengan
menambahkan ‘perhatian kepada teks’.Teks sebagai penghubung bahasa isyarata dan
simbol-simbol dapat membatasi ruang lingkup hermeneutik karena budaya oral
dapat dipersempit.
Tugas utama hermeneutik di satu pihak adalah mencari dinamika internal yang
mengatur struktural kerja di dalam suatu teks, dan di lain pihak mencari daya
yang dimiliki kerja teks itu untuk memproyeksikan diri keluar.
Definisi pasti tentang hermeneutik menurut Ricoeur adalah teori pengoperasian
pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi terhadap teks (Ricoeur,
1985:43).
Baginya manusia pada dasarnya adalah bahasa dan bahas itu sendiri merupakan
syarat utama bagi semua pengalaman manusia.
Penjelasan struktural suatu teks cenderung bersifat obyektif, sedangkan
penjelasan hermeneutik memberi kita kesan subyektif, di sinilah didapati
dikotomi antara obyektifitas dan subyektifitas yang menimbulkan
problem.Dikotomi antara ‘penjelasan’ dan ‘pemahaman’ sangat tajam, yaitu untuk
memahami sebauh percakapan kita harus kembali pada struktur permulaannya.
Kebenaran dan metode dapat menimbulkan proses dialektis.
Otonomi teks ada tiga macam: intensi atau maksud pengarang, situasi kultural
dan kondisi sosial pengadaan teks, dan untuk siapa teksi tu dimaksudkan.
Menurut Ricoeur ada tiga langkah pemahaman, yaitu yang berlangsung dari
penghayatan atas simbol-simbol ke gagasan tentang ‘berpikir dari’
simbol-simbol.Langkah pertama adalah langkah simbolik atau pemahaman dari
simbol ke simbol, langkah kedua adalah pemberian makna oleh simbol serta
penggalian yang cermat atas makna, langkah ketiga adalah langkah yang
benar-benar filosofis yaitu berpikir dengan menggunakan simbol sebagai titik
tolaknya.
Pemahaman yang pada dasarnya adalah ‘cara berada’ (mode of being) atau ‘cara
menjadi’ hanya bisa terjadi pada tingkat pengetahuan yaitu pada teori tentang
pengetahuan atau Erkenntnistheorie.
Ada empat tema yang diketengahkan oleh Ricoeur, tema pertama adalah tidak ada
titik nol saat kritik tuntas dapat mulai dilakukan.Tema kedua adalah tidak ada
pandangan umum menyeluruh yang memberi kita kemungkinan untuk memahami
totalitas akibat sejarah hanya dalam waktu sekejap saja. Tema ketiga adalah
jika tidak ada pandangan ang menyeluruh, maka tidak akan ada situasi yang secara
mutlak membatasi kita. Tema keempat adalah perpaduan antarcakrawala
Minggu, 21 April 2013
Review Pemikiran Filsafat Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revesionisme
07.17
No comments
Ø Nama : Rixvan Afgani
Ø NIM : 121211431084
Review Buku Pemikiran Karl Marx
(Dari Sosialisme Utopis ke
Perselisihan Revesionisme)
Karl Heinrich Marx lahir di Trier, distrik Moselle, Prussian
Rhineland, Jerman pada tanggal 15 Mei 1818, dikenal sebagai pelopor ideologi
sosialis. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan
kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa
perubahan hubungan sosial. Meskipun memperjuangkan kelas orang-orang tertindas
sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya, namun ia lebih
dikenal sebagai peletak dasar ideologi komunis. Bersama dengan sahabat
karibnya, Friederich Engels, tahun 1847 mereka menerbitkan buku Communist
Manifesto, buku yang menjadi bacaan dunia dan menjadi referensi utama lahirnya
negara-negara berideologi komunis seperti Uni Sovyet dibawah pimpinan Lenin dan
China yang dipimpin oleh Mao Tse-Tung. Marx meninggal di London pada 13 Maret
1883, sebelum ia menyelesaikan dua jilid terkhir dari bukunya yang sangat
populer, Das Kapital yang diterbitkan pada tahun 1867. Kedua jilid lanjutan
yang belum rampung tersebut diselesaikan oleh sahabatnya Friederich Engels yang
dirujuknya dari catatan-catatan dan naskah peninggalan Marx.
Sebagai sebuah ideologi perjuangan politis, “Marxisme” menyemangati
sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad ke-20
mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial. Akan tetapi, pada akhir abad
ke-19 terjadi sesuatu terhadap pemikiran Karl Marx, yang waktu itu sebagai
“Marxisme”, bahwa “Marxisme” sudah menjadi acuan perjuangan kaum buruh. Di
Rusia, seorang penganut muda sosialisme mengadopsi Marxisme sebagai bagian
integral dalam ideologi revolusioner menyeluruh sebuah gerakan yang akan
menjadi sistem kekuasaan totaliter paling dahsyat yang dikenal oleh umat
manusia sampai sekarang. Pemuda itu bernama Wladimir Ilyic Ulyanow, alias Lenin,
dan gerakannya kemudian dikenal sebagai “komunisme”. “Marxisme” menjdi kekuatan
mondial melalui “Marxisme Leninnisme”, ideology resmi partai dan sistem
kekuasaan komunis internasional. Banyak orang yang mengira bahwa komunisme dan
marxisme adalah sama, tetapi sebenarnya itu adalah berbeda. Komunisme adalah
gerakan dan kekuatan politik partai-partai komunis yang sejak revolusi Oktober
1917 di bawah pimpinan Lenin menjadi kekuatan politis dan ideologi
internasional. Komunisme juga dipakai untuk ajaran komunis dan
“Marxisme-Leninisme” yang merupakan ajaran atau ideologi resmi komunisme.
Istilah marxisme sendiri adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx
yang terutama dilakukan oleh temanya Friedrich Engels dan tokoh teori Marxis,
Karl Kautsky. Dalam pembakuan ini ajaran Marx yang sebenarnya ruwet dan sulit
dimengerti, disederhanakn agar cocok sebagai ideologi perjuangan kaum buruh.
Walaupun menurut Georg Lukacs, Marxisme Klasik adukan Engel-Kautsky itu
menyimpang dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx. Karena itu, apabila
kita ingin mengenali apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Marx, kita tidak boleh
berfokus pada “Marxisme” melainkan harus menelusuri proses perkembangannya.
Karl Marx banyak menulis buku. Di antara sekian banyak buku yang ditulisnya, istilah kunci Marx adalah “keterasingan”. Yang menjadi pertanyaan Marx adalah di mana ia harus mencari sumber keterasingan itu. Jawabannya ditemukan sesudah berjumpa dengan kaum sosialis radikal di Paris. Di Paris, Marx menjadi yakin bahwa keterasingan paling dasar berlangsung dalam proses pekerjaan manusia. Sebenarnya pekerjaan adalah kegiatan di mana manusia justru menemukan identitasnya. Tetapi sistem hak milik pribadi kapitalis menjungkirbalikkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi. Melalui pekerjaan, manusia tidak menemukan melainkan mengasingkan diri. Hal itu karena sistem hak milik pribadi membagi masyarakat ke dalam para pemilik yang berkuasa dan para pekerja yang terekspoitasi. Manusia hanya akan terbebas apabila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus melalui revolusi kaum buruh. Karena itu Marx semakin memusatkan perhatiannya pada syarat-syarat penghapusan hak milik pribadi . Marx mengklaim bahwa sosialismenya adalah sosialisme ilmiah yang tidak hanya ddorong oleh cita-cita moral, melainkan berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang hokum-hukum perkembangan masyarakat. Dengan demikian pendekatan Marx berubah dari yang bersifat murni filosofi menjadi semakin sosiologis. Sosialisme ilmiah itu disebut Marx sebagai dialektika antara perkembangan bidang ekonomi di satu pihak dan struktur kelas-kelas sosial di pihak lain. Faktor yang menentukan sejarah bukanlah politik atau ideologi, melainkan ekonomi. Perkembangan dalam cara produksi lama kelamaan akan membuat struktur-struktur hak milik lama menjadi hambatan kemajuan. Dalam situasi ini akan timbul revolusi sosial yang melahirkan bentuk masyarakat yang lebih tinggi.
Sekitar tahun 1843, di Paris, Marx menemukan pemikiran baru. Yaitu pemikiran sosialis. Cita-cita sosialisme sudah dicetuskan jauh sebelum Marx mulai memikirkan revolusi proletariat. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Theimer, gagasan bahw akekayaan dunia ini merupakan milik semua, bahw apemilikan bersama lebih baik daripada milik pribadi. Pemilikan bersama menurut ajaran ini akan menciptakan dunia lebih baik, membuat sama situasi ekonomis semua orang, meniadakan perbedaan antara miskin dan kaya, menggantikan usaha mengejar keuntungan pribadi dengan kesejahteraan umum. Dengan demikian sumber segala keburukan sosial akan dihilangkan, tidak akan ada perang lagi, semua orang akan menjadi saudara.”
Karl Marx banyak menulis buku. Di antara sekian banyak buku yang ditulisnya, istilah kunci Marx adalah “keterasingan”. Yang menjadi pertanyaan Marx adalah di mana ia harus mencari sumber keterasingan itu. Jawabannya ditemukan sesudah berjumpa dengan kaum sosialis radikal di Paris. Di Paris, Marx menjadi yakin bahwa keterasingan paling dasar berlangsung dalam proses pekerjaan manusia. Sebenarnya pekerjaan adalah kegiatan di mana manusia justru menemukan identitasnya. Tetapi sistem hak milik pribadi kapitalis menjungkirbalikkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi. Melalui pekerjaan, manusia tidak menemukan melainkan mengasingkan diri. Hal itu karena sistem hak milik pribadi membagi masyarakat ke dalam para pemilik yang berkuasa dan para pekerja yang terekspoitasi. Manusia hanya akan terbebas apabila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus melalui revolusi kaum buruh. Karena itu Marx semakin memusatkan perhatiannya pada syarat-syarat penghapusan hak milik pribadi . Marx mengklaim bahwa sosialismenya adalah sosialisme ilmiah yang tidak hanya ddorong oleh cita-cita moral, melainkan berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang hokum-hukum perkembangan masyarakat. Dengan demikian pendekatan Marx berubah dari yang bersifat murni filosofi menjadi semakin sosiologis. Sosialisme ilmiah itu disebut Marx sebagai dialektika antara perkembangan bidang ekonomi di satu pihak dan struktur kelas-kelas sosial di pihak lain. Faktor yang menentukan sejarah bukanlah politik atau ideologi, melainkan ekonomi. Perkembangan dalam cara produksi lama kelamaan akan membuat struktur-struktur hak milik lama menjadi hambatan kemajuan. Dalam situasi ini akan timbul revolusi sosial yang melahirkan bentuk masyarakat yang lebih tinggi.
Sekitar tahun 1843, di Paris, Marx menemukan pemikiran baru. Yaitu pemikiran sosialis. Cita-cita sosialisme sudah dicetuskan jauh sebelum Marx mulai memikirkan revolusi proletariat. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Theimer, gagasan bahw akekayaan dunia ini merupakan milik semua, bahw apemilikan bersama lebih baik daripada milik pribadi. Pemilikan bersama menurut ajaran ini akan menciptakan dunia lebih baik, membuat sama situasi ekonomis semua orang, meniadakan perbedaan antara miskin dan kaya, menggantikan usaha mengejar keuntungan pribadi dengan kesejahteraan umum. Dengan demikian sumber segala keburukan sosial akan dihilangkan, tidak akan ada perang lagi, semua orang akan menjadi saudara.”
Kata sosialisme sendiri muncul di Perancis sekitar tahun 1830,
begitu juga kata komunisme. Kedua kata ini semula sama artinya, tetapi segera
komunisme dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang menuntut
penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan
keadaan komunis itu bukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari
perjuangan kaum terhisap sendiri. Marx dan Engels semula menyebutkan diri
komunis, tetapi kemudian lebih suka denagn kata sosialis.
Di dalam buku ini menjelaskan tokoh-tokoh yang mempengaruhi cara berpikir Marx. Yaitu : Babeuf yang menyatakan bahwa nilai teringgi adalah kesamaan. Pengikut Babeuf menyatakan bahwa mereka akan membuktikan bahwa tanah dan bumi bukan milik pribadi melainkan milik semua. Dan mereka akan membuktikan bahwa apa yang diambil darinya oleh seseorang melebihi kebutuhan makannya merupakan pencurian terhadap masyarakat. Saint-Simon yang terkenal dengan kritikannya yang keras terhadap keadaan terlantar kaum buruh dan tuntutan emansipasi proletariat. Ia juga yakin bahwa tujuan sejarah adalah kemajuan dan kemajuan akan membawa perbaikan nasib orang banyak. Saint-Simon adalah apa yang sekarang disebut teknokrat. Robert Owen yang berargumentasi bahwa reformasi itu tidak hanya menguntungkan bagi kaum buruh, melainkan juga bagi kaum kapitalis sendiri dan seluruh masyarakat. Owen juga memperjuangkan perundangan sosial yang maju, seperti perlindungan pekerja, pembatasan pekerjaan anak-anak, dan diadakannya inspeksi berkala oleh negara. Fourier yang benci pada segala gagasan revolusioner. Pendekatannya teknokrasi. Menurutnya kemerelatan dan penghisapan kaum buruh serta krisis-krisis ekonomi merupakan akibat organisasi pekerjaan dan pertukaran dalam masyarakat yang salah. Jadi, organisasi itulah yang harus direformasi.Cabet menyebarluaskan cita-cita komunisme yang tidak revolusioner. Ia mendasarkan diri pada tadisi kristiani dan ajaran Yesus yang dianggapnya seorang komunis. Revolusi dan konspirasi sebagaimana diusahakan oleh Babouvisme ditolaknya karena akan mengakibatkan lebih banyak penderitaan daripada kebahagiaan. Blanqui adalah seorang revolusioner yang hendak mencapai sosialisme melalui pemberontakan kaum buruh. Dalam lingkungan Marxisme Blanquisme dipahami sebagai kebijakan yang ingin memenangkan sosialisme melalui pemberontakan bersenjata kelompok-kelompak kecil sebelum mayoritas rakyat berkembang menjadi prolektariat industry. Menurut Blanqui kelompok-kelompok kecil dapat menjadi perintis yang dapat mencapai sosialisme dengan lebih cepat. Marxisme menolak anggapan ini sebagai voluntarsioner revolusioner yang mau menggantikan syarat-syarat objektif revolusi dengan kehendak subjektif sang revolusioner. Weitling yang mempunyai gagasan lebih berupa khotbah tenatng keadilan dan tentang keharusan memberontak melawan kaum tiran daripada suatu analisis di sekitar situasi kaum buruh. Menurutnya, umat manusia melalui tiga tahap dalam sejarahnya. Semula di zaman emas, belum ada hak milik pribadi.Tahap kedua umat manusia adalah masa hak milik pribadi. Untuk menciptakan keadilan kita perlu masuk ke dalam tahap ketiga yaitu masa komunisme, di mana hak milik pribadi harus dihapus, segala kekayaan harus dimiliki oleh semua dan semua orang harus bekerja. Proudhon, yang berpikir praktis dan menyadari bahwa reformasi masyarakat harus mendasarkan diri pada ilmu ekonomi. Ia menolak komunisme dan sosialisme negara. Ia berpendapat bahwa ada sebuah tatanan masyarakat yang alami dan bahwa manusia sejak kelahirannya memiliki hak-hak azazi tertentu. Yaitu hak atas kebebasan, kesamaan, dan kedaulatan pribadi. Blanc yang percaya bahwa semau manusia pada dasarnya baik dan menjadi jelek karena persaingan. Blanc adalah pendahulu gerakan sosial demokrasi dan antirevolusioner. Hess, berpendapat bahwa umat manusia sedang masuk ke dalam perkembangannya di mana manusia dan Alloh, roh dan alam menyatu kembali. Apabila agama-agama kembali ke asal-usul bersama mereka, uamt manusia akan mengalami pembebasan. Gagasan terpenting dari Hess adalah filsaat kemanusiaan sebagaimana dipaparkan oleh Feuerbach menuntut sosialisme sebagai implikasi politis. Dengan demikian Hess menjadi jembatan antara humanisme filosofis Feuerbach dan aktivisme revolusioner Marx. Komunisme harus dicapai melalui revolusi sosial yang akan menjadi akibat dari semakin lebarnya jurang yang menganga antara akumulasi kekayaan oleh kaum pemilik dan kemiskinan rakyat. Hal terpenting dari anggapan Hess adalah revolusi sosial lebih penting daripada revolusi politik.
Di dalam buku ini menjelaskan tokoh-tokoh yang mempengaruhi cara berpikir Marx. Yaitu : Babeuf yang menyatakan bahwa nilai teringgi adalah kesamaan. Pengikut Babeuf menyatakan bahwa mereka akan membuktikan bahwa tanah dan bumi bukan milik pribadi melainkan milik semua. Dan mereka akan membuktikan bahwa apa yang diambil darinya oleh seseorang melebihi kebutuhan makannya merupakan pencurian terhadap masyarakat. Saint-Simon yang terkenal dengan kritikannya yang keras terhadap keadaan terlantar kaum buruh dan tuntutan emansipasi proletariat. Ia juga yakin bahwa tujuan sejarah adalah kemajuan dan kemajuan akan membawa perbaikan nasib orang banyak. Saint-Simon adalah apa yang sekarang disebut teknokrat. Robert Owen yang berargumentasi bahwa reformasi itu tidak hanya menguntungkan bagi kaum buruh, melainkan juga bagi kaum kapitalis sendiri dan seluruh masyarakat. Owen juga memperjuangkan perundangan sosial yang maju, seperti perlindungan pekerja, pembatasan pekerjaan anak-anak, dan diadakannya inspeksi berkala oleh negara. Fourier yang benci pada segala gagasan revolusioner. Pendekatannya teknokrasi. Menurutnya kemerelatan dan penghisapan kaum buruh serta krisis-krisis ekonomi merupakan akibat organisasi pekerjaan dan pertukaran dalam masyarakat yang salah. Jadi, organisasi itulah yang harus direformasi.Cabet menyebarluaskan cita-cita komunisme yang tidak revolusioner. Ia mendasarkan diri pada tadisi kristiani dan ajaran Yesus yang dianggapnya seorang komunis. Revolusi dan konspirasi sebagaimana diusahakan oleh Babouvisme ditolaknya karena akan mengakibatkan lebih banyak penderitaan daripada kebahagiaan. Blanqui adalah seorang revolusioner yang hendak mencapai sosialisme melalui pemberontakan kaum buruh. Dalam lingkungan Marxisme Blanquisme dipahami sebagai kebijakan yang ingin memenangkan sosialisme melalui pemberontakan bersenjata kelompok-kelompak kecil sebelum mayoritas rakyat berkembang menjadi prolektariat industry. Menurut Blanqui kelompok-kelompok kecil dapat menjadi perintis yang dapat mencapai sosialisme dengan lebih cepat. Marxisme menolak anggapan ini sebagai voluntarsioner revolusioner yang mau menggantikan syarat-syarat objektif revolusi dengan kehendak subjektif sang revolusioner. Weitling yang mempunyai gagasan lebih berupa khotbah tenatng keadilan dan tentang keharusan memberontak melawan kaum tiran daripada suatu analisis di sekitar situasi kaum buruh. Menurutnya, umat manusia melalui tiga tahap dalam sejarahnya. Semula di zaman emas, belum ada hak milik pribadi.Tahap kedua umat manusia adalah masa hak milik pribadi. Untuk menciptakan keadilan kita perlu masuk ke dalam tahap ketiga yaitu masa komunisme, di mana hak milik pribadi harus dihapus, segala kekayaan harus dimiliki oleh semua dan semua orang harus bekerja. Proudhon, yang berpikir praktis dan menyadari bahwa reformasi masyarakat harus mendasarkan diri pada ilmu ekonomi. Ia menolak komunisme dan sosialisme negara. Ia berpendapat bahwa ada sebuah tatanan masyarakat yang alami dan bahwa manusia sejak kelahirannya memiliki hak-hak azazi tertentu. Yaitu hak atas kebebasan, kesamaan, dan kedaulatan pribadi. Blanc yang percaya bahwa semau manusia pada dasarnya baik dan menjadi jelek karena persaingan. Blanc adalah pendahulu gerakan sosial demokrasi dan antirevolusioner. Hess, berpendapat bahwa umat manusia sedang masuk ke dalam perkembangannya di mana manusia dan Alloh, roh dan alam menyatu kembali. Apabila agama-agama kembali ke asal-usul bersama mereka, uamt manusia akan mengalami pembebasan. Gagasan terpenting dari Hess adalah filsaat kemanusiaan sebagaimana dipaparkan oleh Feuerbach menuntut sosialisme sebagai implikasi politis. Dengan demikian Hess menjadi jembatan antara humanisme filosofis Feuerbach dan aktivisme revolusioner Marx. Komunisme harus dicapai melalui revolusi sosial yang akan menjadi akibat dari semakin lebarnya jurang yang menganga antara akumulasi kekayaan oleh kaum pemilik dan kemiskinan rakyat. Hal terpenting dari anggapan Hess adalah revolusi sosial lebih penting daripada revolusi politik.
Selama di Berlin, setelah pindah dari Trier, Marx sangat terkesan
dengan filsafat Hegel yang menyatakan bahwa filsafat politik Hegel menempatkan
rasionalitas dan kebebasan sebagai nilai tertinggi. Tetapi juga Marx sangat
terganggu oleh inconsistency : mengapa masyarakat yang nyata, masyarakat
Prussia, kebalikan dari masyarakat rasional dan bebas seperti yang dipikrkan
Hegel. Ternyata jawaban Marx dan teman-temannya ialah Hegel hanya merumuskan
pikiran. Yang masih diperlukan Hegel adalah pikiran itu menjdai kenyataan.
Dengan kata lain, teori harus menjadi praktis. Pemikiran harus menjadi unsure
pendororng perubahan sosial. Dua hal yang menjadi cita-cita Karl Marx adalah
kemerdekaan dan kemerdekaan dapat diwujudkan secara nyata, filsafat harus
menjadi kekuatan praktis-revolusioner.
Filsafat Hegel sendiri adalah ungkapan suatu keterasingan manusia dari dirinya sendiri. Keterasingan itu menurut Feuerbach terungkap dalam agama. Marx menerima interpretasi itu, tetapi nmenunjukan bahwa agam merupakan keterasingan sekunder. Keterasingan primer adalah keterasingan manusia individual dari hakikatnya yang sosial sebagaimana terungkap dalam dalam individualsme modern. Tanda keterasingan manusia dari sifatna yang sosial adalah eksistensi negara sebagai lembaga represi. Proletariat sebagai kelas yang memiliki potensi untuk berevolusi dan menghancurkan keterasingan itu.
Filsafat Hegel sendiri adalah ungkapan suatu keterasingan manusia dari dirinya sendiri. Keterasingan itu menurut Feuerbach terungkap dalam agama. Marx menerima interpretasi itu, tetapi nmenunjukan bahwa agam merupakan keterasingan sekunder. Keterasingan primer adalah keterasingan manusia individual dari hakikatnya yang sosial sebagaimana terungkap dalam dalam individualsme modern. Tanda keterasingan manusia dari sifatna yang sosial adalah eksistensi negara sebagai lembaga represi. Proletariat sebagai kelas yang memiliki potensi untuk berevolusi dan menghancurkan keterasingan itu.
Dalam buku The Germany Ideology yang disusun bersama Engels, Marx
mengklaim bahwa ia menemukan hukum yang mengatur perkembanagan masyarakat dan
sejarah, dan hukum itu adalah prioritas utama bidang ekonomi yang biasa disebut
sebagai pandangan sejarah yang materialistik. Bidang ekonomi menentukan bidang
politik dan pemikiran manusia, bahwa bidang ekonomi ditentukan oleh
pertentangan atara kelas-kelas pekerja dan kelas-kelas pemilik, bahwa
pertentangan itu dipertaam oleh kemajuan teknik produksi, dan bahwa pertetangan
itu akhirnya meledak dalam sebuah revolusi yang mengubah struktur kekuasaan di
bidang ekonomiserte mengubah struktur kenegaraan dan gaya manusia berpikir.
Kapitalisme pun berakhir dalam sebuah revolusi, tetapi revolusi itu berbeda
dari semua revolusi sebelumnya, akan mengahapus perpecahan masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang salig bertentanga. Dengan demikian, menghapus hak milik
pribadi dan menghasilkan masyarakat yang sosialis. Untuk membuktikan kebenaran
ramalannya tentang kehancuran kapitalis dan keniscayaan sosialisme, kemudian
diluncurkan buku Das Kapital, buku kedua dan ketiganya baru diluncurkan oleh
Engels setelah Marx meninggal. Selain Hegel dan Engels, Marx juga merasa kagum
sekaligus memberikan kritik terhadap filsafat yang diungkapkan oleh Feuerbach.
Dalam urusan agama, Feuerbach manggap bahwa filsafat agama Hegel itu hanya
memutarbalikka kenyataan. Hegel member kesan seakan-akan yang nyata adalah
Alloh (yang jelas tidak terlihat) dan manusia (yang terlihat) sebagai
wayangnya. Bukan manusia itu pikiran Alloh melainkan Alloh adalah pikiran
manusia. Inti kritik Feuerbach terhadap hakikat filsafat Hegel sebenarnya hanyalah
kepercayaan agama yang terselubung.
Marx pun ikut mengkritik terhadap kritik agama Feuerbach. Kritik Feuerbach membebaskan Marx dari pancaran pesona Hegel. Menurut Marz, manusiayang membentuk agama, bukan agama yang membentuk manusia. Menurutnya Agama hanyalah tanda keterasingan manusai tetapi bukan dasarnya. Agama hanyalah pelarian karena realitas memaksa manusia untuk melarikan diri. Agama adalah realisasi hakikat manusia dalam angan-angan karena hakikat mansia tidak mempunyai realitas yang sungguh-sungguh.
Marx pun ikut mengkritik terhadap kritik agama Feuerbach. Kritik Feuerbach membebaskan Marx dari pancaran pesona Hegel. Menurut Marz, manusiayang membentuk agama, bukan agama yang membentuk manusia. Menurutnya Agama hanyalah tanda keterasingan manusai tetapi bukan dasarnya. Agama hanyalah pelarian karena realitas memaksa manusia untuk melarikan diri. Agama adalah realisasi hakikat manusia dalam angan-angan karena hakikat mansia tidak mempunyai realitas yang sungguh-sungguh.
Berbicara mengenai revolusi, Marx menegaskan bahwa tidak mungkin
revolusi itu disulut oleh filsafat semata. Evolusi membutuhkan unsur pasif,
dasar material. Tetapi apakah rakyat benar-benar merindukan revolusi? Kalau
rakyat benar-benar ditindas, dia tentu ingin berevolusi. Sedangkan apabila dia
tidak mau berrevolusi, berarti kondisinya memang belum matang. Revolusi menurut
Marx dan merupakan hal sangat saya suka adalah revolusi manusiawi, artinya
radikal, tidak hanya politis. Marx bertolak dari pengandaian bahwa akan
menghancurkan kekuasaan yang dirasakan paling menindas. Tetapi apakah ada kelas
yang tidak ditindas oleh satu kelas saja, lalu revolusi emlawan kelas itu, lalu
berkoalisi denagn kelas lain yang merasa sama ditindas, kemudian dia menjadikan
dirinya sebagai penguasa baru? Kelas yang dicari Marx adalah kelas yang
terindas tidak hanya sebagin tetapi total, harus berlawanan tidak dengan
sebagian masyarakat, tetapi denagn semua lapisan masyarakat. Kelas itu tidak
hanya mengalami macam-macam penghinaan, tetapi mesti kehilangan kemanusiaannya.
Hanya kelas seperti itu yang dapat melakukan revolusi radikal yang
mengmansipasikan manusai seluruhnya, tanpa menciptakan struktur kekuasaan kelas
atas baru atas kelas-kelas lain. Berrevolusi berarti pembubaran suatu sistem
atau golongan tertentu. Pembubaran masyarakat sabgai olongan tersendiri itu
dinamakan proletariat.
Dalam proletariat yang baru diakui, Marx menemukan kelas yang dicarinya. Kelas yang mendesak kea rah pikiran radikal, yang mempunyai kebutuhan bukan akan revolusi parsial tetapi revolusi total. Maka proletariatlah ayng menjadi partner filsafat dalam karya emansipasi manusia. Ada sitilah Marx yang mengatakan “Apabila filosof dan proletariat bertemu, revolusi mesti pecah.”
Dalam proletariat yang baru diakui, Marx menemukan kelas yang dicarinya. Kelas yang mendesak kea rah pikiran radikal, yang mempunyai kebutuhan bukan akan revolusi parsial tetapi revolusi total. Maka proletariatlah ayng menjadi partner filsafat dalam karya emansipasi manusia. Ada sitilah Marx yang mengatakan “Apabila filosof dan proletariat bertemu, revolusi mesti pecah.”
Hal inti yang saya ambil dari buku Pemikiran Karl Marx Karangan
Franz Magnis-Suseno adalah mengetahui bagaimana pemikiran-pemikiran Karl Marx
tentang revolusi (hal yang mungkin cocok untuk menata ulang Indonesia),
proletariat, stateless (bahwa memungkinakn di dunia ini tidak perlu ada negara,
dengan catatan semua pnduduk berada di kelas yang sama ), determinasi ekonomi
(sejarah manusia dari ekonomi, jika manusia sudah mengerti ekonomi, maka tidak
perlu ada negara), negara berpusat pada masyarakat yang menang yaitu kapitalis.
Membaca buku ini membuat saya membuka mata bahwasannya marxisme dan
komunisme itu berbeda. Dan marxisme juga komunisme tidaklah mengerikan dan
sedahsyat yang dikhawatirkan Orde Baru. Juga saya menjadi mengerti mengapa Orde
Lama seolah-olah membiarkan komunisme tumbuh di Indoensia.
Langganan:
Postingan (Atom)